Wati menikah dengan seorang Tentara, sedangkan adiknya Wita menikah dengan seorang Polisi.
Tapi Wati dan Wita sering curhat mengeluh tentang urusan ranjang.
Suatu saat, di dalam kamar Wati memprotes suaminya:
"Kenapa sih Mas, cepet banget keluarnya. Aku kan msh pengen..!!!"
Sang Suami dengan tegas dan lantang menjawab:
"Aku ini tentara Dik, jadi sekali keluarkan senjata langsung tembak. Apalagi dalam keadaan sudah terjepit!! Ingat Filosofi tentara kill or be to killed, jadi gak boleh keduluan."
Di kamar lain Wita juga memprotes Suaminya:
"Kenapa sih Mas, lama banget keluarnya. Dengkulku sampai mau copot, capek.... deeeh..."
Sang suami dengan sigap menjawab:
"Aku ini polisi Dik..! Walau senjata sudah diacungkan, tapi menembak itu tindakan paling akhir kalau tidak ada alternatif lain, jangan sampai melanggar HAM!!!
Ingat Dik, filosofi polisi fight crime, love humanity, help delinquent, jadi tak boleh nembak sembarangan...! Sabar yaa Dik.."
Related Post, Obat Stres!
> Cerita Satir Sang Pemuka Agama
Tapi Wati dan Wita sering curhat mengeluh tentang urusan ranjang.
Suatu saat, di dalam kamar Wati memprotes suaminya:
"Kenapa sih Mas, cepet banget keluarnya. Aku kan msh pengen..!!!"
Sang Suami dengan tegas dan lantang menjawab:
"Aku ini tentara Dik, jadi sekali keluarkan senjata langsung tembak. Apalagi dalam keadaan sudah terjepit!! Ingat Filosofi tentara kill or be to killed, jadi gak boleh keduluan."
Di kamar lain Wita juga memprotes Suaminya:
"Kenapa sih Mas, lama banget keluarnya. Dengkulku sampai mau copot, capek.... deeeh..."
Sang suami dengan sigap menjawab:
"Aku ini polisi Dik..! Walau senjata sudah diacungkan, tapi menembak itu tindakan paling akhir kalau tidak ada alternatif lain, jangan sampai melanggar HAM!!!
Ingat Dik, filosofi polisi fight crime, love humanity, help delinquent, jadi tak boleh nembak sembarangan...! Sabar yaa Dik.."
Related Post, Obat Stres!
> Cerita Satir Sang Pemuka Agama